Inggris dan Amerika Serikat terus memantau penyelidikan dugaan Rusia menggunakan senjata kimia dalam invasi di Ukraina, terutama di Mariupol.
"Laporan yang menyebutkan pasukan Rusia mungkin menggunakan senjata kimia dalam menyerang warga di Mariupol, kami dengan para mitra mendesak untuk memverifikasi rincian lebih lanjut," kata Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss, Selasa (12/4).
"Setiap penggunaan senjata semacam itu akan menjadi eskalasi yang tak sensitif dalam konflik ini, dan kami akan meminta pertanggungjawaban [Presiden Rusia, Vladimir] Putin dan rezimnya."
"Sangat memprihatinkan dan mencerminkan kekhawatiran kami soal potensi Rusia menggunakan berbagai senjata pengendalian kerusuhan, termasuk gas air mata yang dicampur zat-zat kimia, di Ukraina."
Dugaan ini muncul setelah Ukraina mengklaim Rusia menggunakan zat tak dikenal di Mariupol yang menyebabkan kegagalan pernapasan warga di kota itu.
"Kemungkinan besar senjata kimia!" kata seorang anggota parlemen Ukraina, Ivanna Klympush, di Twitter.
Pada Senin (11/4) lalu, batalion Azon di Ukraina mengklaim Rusia mengirim zat beracun melalui drone di Mariupol. Mereka juga mengklaim penduduk mengalami gagal pernapasan dan masalah neurologis.
"Tiga orang menunjukkan tanda-tanda yang jelas karena keracunan senjata kimia, tapi tanpa gejala yang lebih parah," ujar pemimpin Batalion Azov, Andrei Biletsky, dalam pesan video di Telegram.
Biletsky juga menuduh Rusia menggunakan senjata kimia saat menyerang pabrik metalurgi Azovstal.
#internasional
0 Post a Comment: